Tuesday 26 July 2016

#BOOMINGGROOMING



Meeting internal kesekian untuk kesekian kalinya.
“Telinga saya sampai panas denger nya.Grooming kalian itu udah sangat buruk. Mungkin kalau
IPK udah dapet kategori D.” celetuk Mami.
“Gak anak baru gak anak lama sama aja. Pake sandal jepit, pake celana jeans. Bahkan sampe ada yang nyeker.” lanjutnya.
Secara langsung maupun tidak langsung, ucapan Mami ada benarnya juga.
Pada dasarnya, peraturan ada karena adanya objek yang akan diatur.
Dan tidak bisa dipungkiri, kita adalah bagian dari objek tersebut.
Ya, meeting kali ini benar-benar menegangkan sekaligus menggelikan.
Ketika sandal cokelat busuk menjadi sasaran. Sandal hotel buluk tak luput juga dari perbincangan. Terlebih lagi, baju dinas dengan atasan seragam dan bawahan celana training. Atau atasan seragam dengan bawahan babydoll.
Itu—menggelikan—sekali, Teman.
Berasa tahun “ajaran baru”. Ketika kebiasaan yang harusnya dibiasakan malah menjadi sesuatu yang baru.


Princess Dragel, 26 Juni 2016.

Sunday 24 July 2016

ILALANG YANG HILANG



Puan,
Rupamu yang kian menawan
Enyah lenyap tak tereja
Bolehkah kusebut 'entah'

          Syair manifestasi dan jeritan malam yang hening kembali menyapa semesta. Dan, Phyta Rosella--gadisku-- yang memesona. Kemana dia ? lama tak kujumpai paras ayunya.
Terngiang jelas kencan pertama yang tak terduga.
          Sepulang sekolah, kami berjalan beriringan. Tak kumengerti kemana arah tujuan kami. Aku hanya mengikuti setapak demi setapak alunan kaki gadis itu. Langkahnya berhenti. Ia menatapku, lalu tersenyum padaku. Ah, senyuman yang meleburkan hasrat kedamaian.

"Sekarang tutup mata." pintanya padaku.
Dia memang gadis misterius. Dan itu yang membuatku jatuh cinta padanya.
Tanpa berucap lebih, kututup mataku. Kemudian dia menuntunku menaiki sebuah tangga.
"Sudah sampai, sekarang buka matanya." katanya padaku.

          Aku membuka mata perlahan. Berharap sebuah kejutan indah menyapa di ujung mata.
Angin berembus sepoi. Aku tertegun. Lensa raga terbelalak.
Tak kuduga kencan pertamaku begitu mesra dan istimewa.
Tempat yang penuh romansa dan cinta.

"Padang rumput ?" tanyaku heran.
Ia tersenyum. "Ini adalah tempat favoritku. Rumah pohon ini dibangun oleh Kakek. Dan ilalang-ilalang itu sengaja dibiarkan tumbuh untuk menambah keindahan." kata Phyta.
"Aku selalu suka ketika ilalang-ilalang itu berbunga, hijau,dan rimbun. Dan kamu, Lio. Kamu adalah laki-laki pertama selain Ayah dan Kakekku yang melihat tempat ini." lanjutnya.
Aku melihat rona bahagia diwajahnya. Ia begitu indah layaknya kumpulan ilalang itu.
"Bagus ya" kataku dengan senyum mengembang. Meski semua ini di luar ekspektasiku.

Lima tahun berlalu.
Kisah bahagia beberapa tahun silam tampaknya semakin memudar. Kami lost contact. Tak lagi ada kabar dan cerita cinta semenjak Phyta dan keluarganya pindah ke Ibu Kota.
Sesekali, kami saling bertukar surat untuk sekadar bertegur sapa dan melepas rindu.

          Dan surat pertama dari tiga tahun terakhir, akhirnya bertamu kepadaku. Dia, masih saja ingat alamat rumahku. Percayalah, cinta tahu kemana ia harus pulang.
Aku segera membuka bingkisan rindu itu.

Lelakon berjambang tanggung, tidakkah kepulan riwayat yang kusuguhkan membuatmu gelebah dan berdegup.
Sementara salam, masih saja merebah dan terkatup.

          Gadis itu masih saja memiliki sisi misteriusnya. Aku tersipu malu. Meski entah tak kutahu apa makna kalimat tersebut.
          Aku masuk ke dalam kamar. Niatku untuk segera membalas surat cinta dari sang cinta.
Belum sempat kugoreskan tinta dikertas putih itu, aku melihat ada sebuah kertas lain dalam amplop coklat. Sebuah Kertas berwarna hijau dengan latar belakang rerumputan semampai yang bertuliskan "UNDANGAN PERNIKAHAN"

Aku memejamkan mata sejenak. Berharap ini hanyalah sebuah mimpi.

Berikan aku setangkai ilalang. Dengannya, kan kujadikan ladang dan sepetak semak belukar.
Di situlah istana kita akan bersandar.

          Ilalang itu telah menemukan tempat yang lain. Sementara, aku hanyalah tanah tandus dan gersang yang berbatu.

Friday 22 July 2016

MENJAMU RINDU


Gadis bermata filsafat
Terka menerka menerkam tajam
Aku duduk menyila
Membaca saksama alih firasat
Abaiku seakan ragu
Sang rindu kembali bertamu
Kusuguhkan secangkir sabar
Pikirku, kau akan tersadar
Secepat lalu
Lalu pergi dan berlalu
Rinduku kau hamburkan
Kucoba rapikan
Mendaur ulang tatanan nostalgia
Kosong
Selonjor saja inginku
Pintu-pintu kembali terkuak
Rindumu datang bertamu
Kusaji rerayuan harap
Harapku, segala kecurangan ini akan tiarap
Kau curang
Rinduku kau permainkan
Mainkanlah sesukamu
Ini hanya sekedar dongengku
Kisah yang terjamu
Dan secawan rindu yang kupinjam darimu

Saturday 12 March 2016

CUPCAKE CINTA

         Sepinggai hujan masih dengan syahdunya menari di atas bumi. Memercikan sejuta cerita tentang karunia Tuhan-Nya. Ada duka, bahagia, dan tawa menyelimuti segudang cerita hamba-Nya.
Adalah alasan mengapa ada cinta ketika hujan tiba. Ada doa yang mengucur deras agar di ijabah Oleh-Nya.
Malam ini begitu sunyi. Aku menyendiri. Sendiri dalam sangkar klasik nan minimalis. Menanti cinta pertamaku tiba di singgasananya. Dentuman petir seolah tak mau kalah mampir sejenak menyambangi semesta.
Beberapa saat setelahnya, suara motor tua ikut mengusik kemerduan sang hujan. Tanpa permisi membangunkanku di tengah lelapan tidurku. Aku membuka pintu. melihat sosok usang malaikat tercintaku.
"Ayah. kenapa gak berteduh dulu ? hujannya deras banget lhoh, Yah". Ujarku pada Ayah.
"Assalamu'alaikum". Ucap Ayah tersenyum sembari masuk ke dalam istana kami.
"Wa'alaikumsalam". Jawabku.
Ayah, sosok tunggal yang aku miliki saat ini. Dia pahlawanku, malaikatku di dunia.
Di rumah ini hanya ada aku dan Ayah. kami tinggal berdua di gubuk kecil yang sering kami sebut istana.
Ya, di istana inilah aku tumbuh. bermanja ria hanya dengan Ayah. Ibu sudah lama meninggal sejak dia melahirkanku. Murni hanya Ayah yang aku miliki di dunia ini.
Malam itu kulihat wajah lelah Ayah yang seharian mencari nafkah untuk kebutuhan kami. Sudah hampir 22 tahun ayah berjualan cupcake. Di sebuah toko mini yang ia bangun dengan jerih payahnya. Dengan di bantu dua orang karyawan, Ayah berhasil mengembangkan bisnisnya

---

Hari ini aku akan mengikuti interview di sebuah perusahaan terkemuka di kotaku. Seperti biasa, kemana pun aku pergi, Ayah dan motor tua nya itu selalu menyertaiku. Bahagia rasanya, ketika banyaknya gadis di luar sana berboncengan mesra dengan yang bukan mahramnya, sementara aku berboncengan manja dengan ayah tercinta.
Jam menunjukkan tepat pukul setengah tujuh pagi. Aku bergegas masuk ke dalam kantor. Ruang interview sudah penuh sesak dengan para pelamar kerja. Aku duduk menunggu antrian. Beberapa saat kemudian giliranku tiba. Aku masuk ke dalam ruangan. Keringat dingin tak henti-hentinya mengucur deras membasahi tubuhku. Namun aku tetap berusaha bersikap tenang. Wajar saja, ini adalah kali pertama aku melamar kerja di sebuah perusahaan besar.
Sesi interview berjalan lancar.lega rasanya telah melewati masa itu. Satu minggu lagi adalah penentuan di terima atau tidaknya aku untuk bekerja di kantor itu.
Setidaknya masih ada usaha terakhir yang bisa kau lakukan untuk meraih mimpiku tersebut, yaitu berdoa.
Jam menunjukkan pukul empat sore. Aku menunggu jemputan dari Ayah. Tidak biasanya Ayah terlambat datang menjemputku. Selama ini ayah selalu datang tepat waktu.
Bahkan ia lebih senang menungguku daripada aku yang menunggu Ayah datang. Tapi kali ini tidak. Sudah lebih dari satu jam aku menunggu Ayah.
Tiba-tiba terdengar suara klakson menyapaku. “Mas Karyo” Seruku.
Bukan Ayah yang menjemputku, tapi salah seorang karyawan Ayahku. “Dimana Ayah ?” tanyaku.
“Pak Wahyu ada di rumah sakit, mbak. Tadi mendadak pingsan di toko”. Ujarnya.
Aku terkejut mendengar berita itu. Kami berdua pun langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Ayah di rawat.
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat tubuh Ayah tergolek lemas di atas tempat tidur. Ayah tersenyum melihatku.
“Cantik, maafin Ayah ya, tadi ayah gak bisa jemput kamu. Kamu pasti lama ya nungguin Ayah datang. Gimana interviewnya ? Ayah yakin kamu pasti bisa”. Katanya.
Tak kuasa air mataku menetes di pipi. Akhir-akhir ini Ayah memang sering keluar masuk rumah sakit. Penyakit migrain akut yang menyerang Ayah sering membuat ayah mendadak pingsan.
            Sudah hari ketiga Ayah di rawat di rumah sakit. Aku selalu menemani Ayah setiap waktu. Namun sesekali, aku juga datang ke toko untuk menghandle pekerjaan Ayah. Sejak kecil aku memang sering datang ke toko. Ayah selalu mengajariku banyak hal tentang toko itu. Bahkan resep rahasia cupcake buatan ayah sudah mahir aku kuasai. Ya, cupcake ayah memang beda jika di banding dengan toko-toko lain.
            Hari ini Ayah sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Ayah memintaku untuk mengantarkannya ke toko. Namun aku menolaknya. Laki-laki itu. Tidak habis pikir aku dengannya. Semangat kerjanya begitu tinggi. Sampai-sampai ia lupa bahwa kesehatannya jauh lebih berharga dari segalanya.

---

Hari ini adalah pengumuman di terima atau tidaknya aku untukk bekerja dikantor itu. Bolak-balik aku mengecek telepon genggamku, namun belum juga ada panggilan masuk atau sekedar pesan pemberitahuan.
Hari sudah menjelang siang. Matahari bersolek dengan teriknya. Namun kabar bahagia itu belum juga menyapaku. Harap-harap cemas aku menanti berita itu. Berharap perjuanganku tak sampai memupuskan harapan Ayah. Dia penyemangatku. Dia alasanku untuk tetap berjuang. Ayah.
            Tiba-tiba hapeku berdering. Ada pesan singkat masuk. Aku bergegas membacanya. Ternyata pemberitahuan bahwa aku di terima kerja di perusahaan itu dan diminta untuk mengikuti final interview.
Betapa bahagianya aku saat itu. Impianku untuk bekerja di perusahaan besar akan tercapai.
Aku segera memberitahu Ayah tentang hal ini. Ayah juga ikut bahagia mendengarnya. Aku percaya tidak ada doa yang sia-sia. Tidak ada jerih payah yang tiada artinya. Percayalah, doa orang tua selalu menyertai setiap jengkal kesuksesan kita.
            Hari ini aku menghadiri interview final. Ayah begitu bersemangat mengantarku menuju kantor. Sebenarnya aku tidak mengizinkan Ayah untuk mengantarku. Toh aku bisa naik angkutan umum atau minta tolong karyawan Ayah untuk mengantarku. Namun Ayah menolaknya. “ Gak papa, Ayah Cuma pingin menjaga bidadari Ayah kemanapun ia pergi. Karna itu tanggungjawab Ayah”. Ujarnya.
            Aku masuk ke dalam sebuah ruangan. Bertatap muka dengan salah seorang manager di kantor itu. Beliau menjelaskan panjang lebar tentang tugas dan tanggungjawab pekerjaanku nantinya. Di penghujung percakapan, manager itu memberitahuku bahwa aku akan di tempatkan di luar pulau jawa. Salah satu kantor cabang milik perusahaan itu. Ia menyodorkanku selembar kertas dan memintaku untuk menandatangani kontrak kerja tersebut.
Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan ? tidakkah ini begitu membuat logika ku meruntuh ? Aku benar-benar menginginkan pekerjaan ini. Tapi bagaimana dengan Ayah ?. Aku harus benar-benar memutuskannya detik itu juga. Tidak ada waktu yang di berikan kepadaku untuk berpikir sejenak.
Aku memutuskan untuk tidak menerima tawaran itu, dengan konsekuensi aku gugur untuk bisa bergabung dengan perusahaan itu.  Ya, mungkin ini jalan terbaik untukku. Dengan alasan apapun,aku tidak akan sampai hati berpisah jauh dari Ayah. Berapapun besarnya materi,ia takkan bisa membeli kebahagian dengan orang yang kita cintai.
            Aku keluar dari kantor tersebut. Dengan langkah gontai namun penuh bakti. Aku melihat ayah dari seberang jalan. Menungguku dengan penuh tulus dan harap. Ia melemparkan senyum kepadaku. Aku menghampirinya. Spontan aku memeluk ayahku. Mencari sedikit kehangatan untuk melepas segala kepenatan. Ayah menciumku dan mengusap kepalaku. Inilah kebahagiaanku.
            Sesampainya di rumah, aku menceritakan semuanya pada Ayah. Ayah tersenyum dan memberikan nasihat hangat kepadaku. Bebanku seolah hilang.
Tidak mengapa aku kehilangan impian besarku. Justru pada kenyataannya impian terbesarku ada di hadapanku, yaitu selalu bersama Ayah.
            Hari-hariku aku habiskan bersama Ayah. Setiap hari aku dan ayah selalu berangkat ke toko cupcake bersama. Aku mulai belajar berbagai seluk-beluk tentang dunia cupcake dan pemasarannya. Belajar dari guru besarku, guru kehidupanku, ayahku.
Impianku kini bukan lagi tentang menjadi karyawan di perusahaan besar, namun impianku sekarang adalah bagaimana agar aku bisa membesarkan bisnis cupcake yang telah puluhan tahun menemani perjalananku dan Ayah. Hanya itu.
Bahagia pada dasarnya sederhana. Cintai apa telah kamu miliki, dan syukuri cinta yang telah Tuhan beri. Maka bersiaplah untuk menyambut bahagia.

Tuesday 8 March 2016

GMT 2016

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Pagi ini adalah klimaks euforia terjadinya Gerhana Matahari Total. Event sekali seumur hidup yang akan terjadi 33 tahun mendatang lagi pun riuh gemuruh ramai di sambut penduduk bumi.

Rasulullah SAW bersabda :"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah SWT. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Ada beragam kegiatan yang di lakukan tiap orang untuk menyambut peristiwa spesial itu.
Berbagai peralatan seperti kacamatan khusus, teropong dan lain sebagainya siap menemani penikmatnya yang ingin menyaksikan gerhana matahari total.
Ada yang sibuk dengan gadgetnya, ada juga yang biasa-biasa saja menyambutnya, ada pula jiwa rohani yang mengabadikan moment langka itu dengan sholat sunnah gerhana.

Di sini, di tempat ini, kondisi langit mulai meredup. meskipun sebagian besar sinar matahari masih tampak berseri. Begitulah, hal sederhana apapun akan selalu namapak istimewa jika kita pandai mensyukurinya.
Kepada pagi yang menyapa,
Kepada hari libur nasional yang tetap berangkat kerja,
Kepada moment istimewa yang langka,
Kepada apapun dan siapapun hari ini, esok, dan seterusnya,
Allah azza wa jalla...

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Gerhana Matahari Total, 09 Maret 2016

Wednesday 24 February 2016

Imaji Sissy Pussy

Berita itu begitu membuatku terpuruk. Gadis klasik nan cantik itu yang akhirnya berhasil merebut pujaan hatiku. Mas Bagas ku akan segera mempersunting gadis pilihannya. Kecewa memang, tapi sosok seperti ku bisa apa ?.
"Dengan siapa pun aku menikah, kamu tetap kesayanganku, Sissy". Ujarnya menghiburku.
Aku memang selalu bermanja ria dengan Mas Bagas. kemana pun ia pergi, aku selalu menyertainya.
24 jam sepanjang hari, aku habiskan bersamanya. Mas Bagas mencintaiku, begitu pun aku. Lalu kenapa ia tetap memilih gadis itu ?. Fisikly, aku lebih manis, lebih menggemaskan, dan lebih ginuk-ginuk dari nya. Tapi faktanya, Mas Bagas lebih memilih gadis itu. Takdir tetaplah takdir. Kehendak Tuhan lebih berperan di atas keinginan semu hamba-Nya.
Hari ini adalah hari bersejarah dalam hidup Mas Bagas. Ia akhirnya menikah dengan gadis pilihannya. Dari kejauhan aku memandang pujaan hatiku bersanding mesra dengan permaisurinya. Riuh tamu yang hadir turut serta menebarkan doa dan bahagia untuk keduanya. Pesta pernikahan pujaan hatiku begitu megah. Lain halnya dengan qolbu ku yang begitu gundah.
Dari sudut pelaminan, aku melihat gadis itu berjalan menuju ke arahku. Dia mendekat, tersenyum lalu membisikkan sesuatu, “Hai Sissy. Aku mencintaimu sama halnya dengan Mas Bagas yang juga mencintaimu”. Ujarnya sembari mengusap kepalaku.
Aku tersipu, meski sebenarnya hatiku cemburu. Mas Bagas ku kini harus berbagi waktu dengan gadis itu. Berbagi cinta dan tawanya dengan bidadari nya.
Sekali lagi, aku patah hati. Mungkin hanya sekali, tatkala Bidadari menyambangi pujaan hati. Aku lebih memilih pergi. Meninggalkan hati yang usang. Langkah empat kakiku gontai. Bulu ku nan elok khas Persia beranjak lusuh. Kini aku bebas. Bebas dari cinta yang telah mematahkan hatiku . “Meoooww”!!!

Semarang, 11 Pebruari 2016

Friday 12 February 2016

Halte Van Amorus

Sore ini cuaca begitu syahdu. Irama angin bersorak-sorai mengiringi tenggelamnya senja. Lantunan gemericik air mulai turun menyambangi tuan nya. Halte Van Amorus mulai menyuguhkan atap tepi jalan untuk melindungi Empunya.
Diane flamaria, gadis berjilbab panjang dengan kayuhan sepedanya bergegas menuju halte. Dia mampir sejenak menghindar dari guyuran air yang semakin deras. Di parkirkannya roda duanya itu di tepi halte. Ia membaur bersama orang-orang yang turut berlindung di bawah Amorus.
“Maaf, boleh Tanya ini jam berapa ?”. Tanya laki-laki di sebelah Diane.
Sosok Laki-laki sebaya dengan jenggot panjang serta busana agamis itu membuat Diane tertegun ketika melihatnya.
“Idaman”. Gumam Diane dalam hati.
“Boleh saya tahu ini jam berapa ? jam tangan saya tertinggal di kantor”. Ujar lelaki itu.
“Owh, maaf, sudah Jam lima lebih seperempat”. Kata Diane.
“Terima kasih”. Ujarnya singkat.
Suasana riuh gemericik hujan seakan menambah kekhusukan insan yang berada di sekitarnya.
Gadis itu seakan turut serta merasakan romantisme dadakan yang baru saja menyapanya.
Mungkinkah ini cinta ? Cinta pada pandangan pertama ?.
Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dari depan Halte.
“Abi” Teriak seorang anak perempuan dari dalam mobil.
Dan tiba-tiba, seorang perempuan berkhimar panjang turun dari mobil dengan membawa payung menuju ke arah lelaki berjenggot itu.
“Maaf, Bi. Umi tadi abis jemput adek”. Kata wanita itu sembari mencium tangan lelaki itu.
Keduanya kemudian masuk menuju mobil dan pergi meninggalkan Halte Van Amorus.
Meninggalkan romantisme sesaat Puan Diane.
Hujan telah reda. Diane kembali mengayuh sepedanya. Meninggalkan jejak cinta ala kadarnya di Halte Van Amorus.
Diane oh Diane. Percayalah. Takdir tidak pernah salah menjatuhkan cintanya pada yang di kehendaki-Nya. Bahkan di tempat tak terduga dan di waktu yang tidak semestinya.


Semarang, 04 Februari 2016.

Alesha Burairah

“Sejatinya cinta hanya untuk mereka yang percaya”

Cinta tak bertuan
Segalamu begitu menakjubkan
Jarak tak berjeda
Rindu tanpa aksara

            Sosok itu masih saja menghantui di setiap ronde kehidupanku. Alif pradana. Pemuda bersarung yang beberapa waktu lalu menghadiri kajian rutin bulanan di pondok pesantren milik Eyang. Karisma Soleh nan bersahaja hanyut dalam dinamika jiwa.
Kehadirannya bagaikan fatamorgana di tengah gurun.
Qurrota a’yyun.

Haramkah rindu ini, Ya Rabb. Lindungi aku dari cinta fana kepada manusia.
Tidak seberapa paham virus jenis apa yang ia sebarkan padaku hingga hidupku jadi kelimpungan seperti ini. Sosoknya yang begitu agamis mampu membuat hamba Allah ini jatuh hati padanya. Ya Allah, jatuh cintakan aku pada calon jodohku saja.

Namaku Alesha Burairah Binti Ilyas. Dokter muda yang bekerja di sebuah Rumah sakit swasta di Jawa Tengah.
Terlepas dari cita-cita masa kecilku menjadi guru , dokter adalah Pilihan kedua orangtuaku.
Tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali mengiyakan apa yang mereka titahkan.
Aku adalah putri semata wayang. Aku sangat menyayangi Bapak & Ibu. Bahkan sekedar menolak dan bilang tidak pun,aku tidak sampai hati.

“Ra, bulan depan kan long holiday, rencana kamu mau kemana?”. Tanya Windi, Sahabatku.
“nikah”. Jawabku singkat.
“Hah ? serius ?”.tanya windi heran.

Menikah adalah salah satu impian setiap orang. Terlebih dengan orang yang mempunyai visi serupa. Dua puluh tiga tahun usiaku, dan selama itu pula aku tidak pernah terbersit untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Maksudku, aku sama sekali tidak tertarik dengan yang namanya pacaran.
Di keluargaku, pacaran adalah hal tabu yang pantang di lakukan oleh anak keturunan mereka.” “Pacaran itu gerbang menuju perzinahan. Memang tidak semua pacaran berakhir dengan zina. Tapi hampir semua zina berawal dari pacaran”. Ujar Bapak.

Bapak seorang lulusan pondok pesantren terkemuka di wilayahnya. Ibuku adalah anak seorang Kyai tempat bapak menimba ilmu dulu. Entah bagaimana ceritanya, Aku bisa berada di sebuah instansi pendidikan yang melenceng jauh dari alur keluargaku. Setidaknya aku bersyukur, terlahir dari sebuah keluarga dengan basic ilmu agama yang kuat.

“Nikah sama siapa ra’ ? hadeeeh. Wake up Aira. karirmu kedepan gimana ? ayolah Aira sayang, nikmati dulu masa-masa muda kita. Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya cuma jadi ibu rumah tangga ?” celoteh windi.

Aku hanya tersenyum mendengar celotehan sahabatku itu.
“Kita perempuan, sekolah tinggi bukan hanya untuk jadi karyawan. Tapi untuk menjadi madrasah utama bagi anak-anak kita kelak. Menikah itu ibadah. Kita masih bisa berkarir dan berkarya setelah menikah. Tentunya atas ijin suami.”

“Terus kamu mau nikah sama siapa ? sama pangeran bersarung yang kamu impi-impikan itu ? yang udah berhasil membuatmu jatuh cinta pandangan pertama ? Impossible, Aira”

“Mengenai Pangeran bersarung itu, namanya mas Alif. Dia jama’ah rutin masjid taklim di pesantren Eyangku. Aku hanya sekali bertemu dengannya di tahun lalu. Entah kenapa,
tatapan pertama dan sekali itu membuat aku yakin bahwa kita akan bertemu kembali dalam kondisi yang berbeda. Aku tahu aku Cuma berkhayal. Tapi, dia yang selama ini aku bawa dalam doa. Aku belum pernah merasakan suka terhadap manusia lain sehebat ini. Percaya gak ? Kalau doa bisa merubah segalanya. Aku ingin dia yang jadi Imam ku kelak,win. “

“Astaghfirullah, Ra. Nyebut nyebut. Ati-ati hloh, bisa jadi zina hati. Gini deh, kamu mau gak, aku kenalin sama temenku. Dia ganteng, pinter, soleh, cocok lah sama tipe-tipe kayak kamu ? gimana ? ta’arufan dulu aja, ntar kalo gak sreg bisa retur kok. Hahaha ”

“Apaan sih, win. Pake retur segala, emangnya barang dagangan. Hehehe “.

“Yah lagian kamu nglawak, mau main nikah-nikah aja. Pacaran gak mau, Ta’arufan gak pernah. Eh, bulan depan nyeletuk mau nikah”.

“Aku udah di jodohin sama orang tuaku, Win. Namanya mas said. Cucu dari temennya Eyang. Hari minggu besok dia dan keluarganya mau datang kerumah mau khitbah aku”.
“What ? beneran ? Terus kamu setuju?”

Aku mengangguk pelan.

“Emang udah pernah ketemu orangnya? “

Aku menggeleng.

“Ya Allah, ra’. Terus gimana kalo ternyata dia itu gak baik, jelek, dan yang lebih parahnya udah berisitri. Kan kamu gak tau itu to.”

“Aku percaya pilihan orang tuaku yang terbaik”

“Aduh Ra. Please. Kamu tuh cerdas, pinter, cantik, solehah, dokter muda, karir cemerlang, dan dengan gampangnya mengiyakan gitu aja sama perjodohan itu ?. Open your mind, ra’. Ini bukan lagi jaman siti nurbaya. Ya meskipun udah pasti calon pilihan orang tuamu itu yang terbaik, tapi kamu juga berhak punya pilihan terbaik versi kamu.” Ujar Windi padaku.

Aku tidak pernah tahu seberapa rela dan ikhlas menjalani titah orang tuaku di luar kehendakku untuk ke sekian kalinya. Aku hanya ingin berbakti kepada keduanya. Seperti halnya mereka yang ingin memberikan yang terbaik untukku. Aku percaya,pilihan orang tuaku adalah yang terbaik selama aku bisa membaikan keadaan.

Dulu, Menjadi seorang Dokter bukanlah cita-citaku. Tapi aku berhasil membawa sesuatu yang bukan keinginanku itu menjadi kebahagiaan untuk orang-orang di sekitarku.
Sekarang, untuk sebuah masa depan yang begitu sakral, aku harus menjatuhkan pilihan itu di tangan orang yang tepat. Bapak, ibu, Eyang, mereka adalah orang terbaik yang Allah kirimkan dalam hidupku. Mereka tidak pernah menjamin kebahagian untukku. Tapi mereka selalu menghadirkan kebahagiaan itu.
            Tentang sebuah rasa yang pernah ada, maaf karna tanpa permisi aku telah menghadirkanmu dalam cerita hidupku. Bukan tanpa alasan engkau menjadi tokoh utama dalam setiap alur dramaku. Tapi Skenario Tuhan berkendak lain. Ada tokoh lain yang harus menggantikan posisimu. Dia adalah pilihan terbaik dari apa yang telah di skenariokan oleh-Nya. Percayalah, Cinta sejati akan selalu ada selama kita percaya. Percaya pada ketentuan-Nya. Percaya pada apa yang telah di gariskan-Nya. Dan aku percaya itu.

Minggu sore, seluruh rombongan keluarga Bpk. Abdul ayyub tiba di rumah. Keringat dingin bercampur panik mengucur deras di tubuhku. Mas said, Laki-laki pilihan orang tuaku. sosok yang belum pernah ku temui sebelumnya. Sosok yang luput dari bayangan seorang gadis sepertiku, Akan menjadi Imam ku kelak. Menyempurnakan separuh agamaku. Lalu bagaimana dengan cinta dalam diamku. Sosok yang selalu aku semogakan di setiap penghujung doaku. Haruskan aku melupakannya begitu saja ?.

Aku keluar dari kamar menuju ruang tamu. Di sana di penuhi sanak keluarga.
Aku duduk di sebelah Eyang, “sini nduk, kenalkan ini keluarga pakde ayyub dan ini Said, calon suamimu”

Betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok mas said yang Eyang ceritakan adalah laki-laki yang pernah bertemu denganku satu tahun silam di pesantren itu.

“Kamu sudah pernah bertemu  dengannya, kan ? Alif Said Pradana Bin Abdul Ayyub. Cucu Kyai Soleh yang pernah berkunjung ke pesantren ini satu tahun yang lalu. Said ini baru saja menyelesaikan gelar masternya di Singapura.” Ujar Eyang sambil tersenyum.

Ma sha Allah.
Aku tersipu malu mendengar nama itu. Nama yang selalu akau aminkan. Dia yang selalu aku semogakan.
Mimpikah aku ?. Skenario-Mu begitu indah Ya Rabb.

Bakti ku kepada orang tuaku, mengantarkanku pada kebahagianku.
Cinta dalam diamku, kini akan menjadi cinta sejatiku.
Dan aku, Percaya itu.

Thursday 21 January 2016

Dua Puluh Dua Yang ke Dua Puluh

Dua puluh dua yang ke dua puluh.
Sejarah 20 tahun lalu di tanggal 22. Entah harus bahagia atau sedih jika menjumpai tanggal tersebut pada bulan pertama awal tahun. Usia semakin bertambah. Jatah hidup di dunia semakin berkurang. Lantas apa kabar dengan keimanan ?
Segala ucapan dan tindak tanduk kedepan seharusnya sudah semakin matang dan mantap.
prospek kedepan bukan lagi tentang 'bagaimana' atau 'apa'. tapi tentang 'seharusnya' dan 'semestinya'.
Tiga tahun setelah dua puluh dua yang ke tujuh belas setelah lepas dari dekatnya bersama keluarga terdekat, seharusnya sudah menjadi bekal untuk menghadapi dua puluh dua dua puluh dua berikutnya. Ini, hidup ini,jalan cerita ini, cerita dari skenario Ilahi harus menjadi sejarah yang indah. Dunia tidak perlu tahu tentang sejarah itu. mereka hanya perlu menjadi saksi bisu tentang perjalanan indah nan berliku.

Dua puluh dua yang ke dua puluh.
Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kamu dustakan ?
Ini adalah anugerah. ini adalah hadiah. versi terindah tentang sebuah kisah.
Tidak perlu merombak seluruh kisah ini, karna ada Allah yang maha mengatur segala alur.
Jalankan roda kehidupan sesuai kemampuan. Tidak perlu di paksakan. tapi di biasakan. Biasakan untuk tidak memaksakan, tapi paksakan untuk selalu membiasakan.

Dua puluh dua yang ke dua puluh.
Semoga harapmu menjadi nyata. Semoga segala apa yang engkau cita di ijabah oleh-Nya.
Semoga, engkau tetap menjadi Dua puluh dua ke sebelumnya dengan membawa dua puluh dua yang lebih baik untuk berikutnya.

Selamat menapaki usia dua puluh, darl.
Usia dimana seharusnya taqwa lebih dari sekedarnya, keimanan lebih dari apa adanya, dan istiqomah senantiasa lebih terupaya.

Barakallah fii Umrik.


22 JANUARI 2016
-DARA AYU KUSUMA WARDHANI-

Semarang

Tuesday 19 January 2016

Bukan Bahasan Baik Buruk.

Baik atau Buruk ?
Seberapa baikkah kita di mata orang lain ? Seberapa burukkah kita di mata orang lain ?.
Sudah baikkah kita ? Masih tetap burukkah kita?

Manusia, makhluk sosial nan individual. Terkadang kita mengedepankan ego untuk semata-mata meyakini bahwa apa yang kita perbuat sudah cukup layak untuk menyandang status 'baik' di benak kita pribadi. Ya, hanya di benak kita. Bagaimana dengan pandangan orang lain terhadap kita ? Sudah baikkah kita ? Atau masih tetap burukkah kita ?

Lingkungan  mengajarkan kepada kita bahwa bukan hanya kita seorang yang menjalani kehidupan di dunia ini. Ada orang-orang, masyarakat, dan pribadi-pribadi lainnya yang membaur menjadi satu di dalam kehidupan ini. Kehadiran mereka memberi warna dan ilustrasi bagaimana kita menjalani hidup secara semestinya. Lingkungan juga menjadi salah satu indikator pembentuk karakter pribadi seseorang. Lingkungan yang baik akan membawa dampak yang baik, begitupun sebaliknya.

Genre kemasyarakatan bukan lagi sebuah teori pembelajaran dalam filosofi kehidupan. Ia adalah praktek nyata tentang bagaimana kita mengaplikasikan rutinitas hidup ini.
Bertemu orang, bertegur sapa, berbicang-bincang, bahkan hal sepele seperti memberikan  senyuman kepada orang yang belum kita kenal adalah salah  satu pengaplikasiaanya.
Lantas bagaimana jika pada suatu waktu kita berada pada lingkungan yang tidak pernah sedikitpun muncul dibayangan kita sebelumnya? Lingkungan dengan mayoritas orang-orang agresif, individualis, dan lebih mengedepankan pandangan mereka pribadi. Orang-orang yang tiga ratus enam puluh derajat berbeda jauh dengan karakter  kita. Orang-orang yang menganggap diri mereka lebih baik, baik itu kualitas hidup ataupun  kepribadiaan. Haruskah kita merasa minder tentang hal itu ?

Setiap orang mempunyai sisi positif daan negatif. Sisi baik dan buruk. Sisi kuat dan lemah, Atau antonimisme lainnya. Tinggal bagaimana kita memfokuskan apa yang akan kita tonjolkan untuk diri kita dan orang-orang di sekitar kita.Jika kita menonjolkan sisi baik, maka baiklah kita, terlepas dari hal buruk yang sudah kita lakukakan. Begitupun sebaliknya.
Seburuk-buruknya lingkungan, jika kita bisa tetap berada pada alur yang sejalan dengan kebaikan, maka tidak mungkin hal buruk yang serupa bisa mampir pada diri kita. Sikapi dengan bijak setiap hal yang terjadi di sekitar kita. Jika ingin di perlakukan baik, maka perlakukan hal yang baik juga terhadap orang lain.

Perihal baik atau buruknya seseorang,kita tidak bisa begitu saja menilai hanya dari satu sisi. Cari sisi yang memfokuskan terhadap apa yang kita anggap itu penting. Sisanya, buang pandangan subjektif negatif yang akan menghalangi fokus kita kedepannya. Selama masih ada sisi baik, mengapa harus mencari-cari sisi yang buruk ? Yato ?
Toh realitanya kita hanya manusia biasa. Tempatnya salah dan khilaf.
Yang salah mari kita perbaiki, Yang sudah baik berbagilah hal yang baik untuk orang-orang yang membutuhkan kebaikan kita.
Lalu, sudah baikkah kita ? Atau masih tetap burukkah kita ?
Bercerminlah pada orang-orang di sekitar kita. Maka kita akan menemukan jawabannya.
And after all, Hiduplah dengan kebaikan, Maka kebaikan akan hidup di kehidupan kita.

Sunday 17 January 2016

Cinta Dalam Diam

Apa kabar hati ? Masih sabarkah engkau menanti ?
Lagi-lagi perihal hati. Tidak seberapa mengerti apa yang sewajarnya terjadi.
Bayangmu sukses membuatku menari-nari.

Ini adalah sepenggal kisah tanpa dialog.
Hadir tanpa prolog. Imajinasi datang bak mengolok-olok.

Kepadamu yang berusaha memfatimahkan dirimu.
Berusaha mencari Ali dalam setiap doa-doamu.
Tidakkkah engkau sadari, Engkau hanya perempuan akhir jaman yang kadang tergoyahkan oleh hiruk pikuk  duniawi.
Perbaiki semua hingga semua benar-benar membaikanmu.
Dunia terlalu fana jika menaruh harap pada sesuatu yang tidak semestinya.
Ada Rabb mu. Sang Maha Cinta yang Maha merajai segalanya.
Letakkan harapmu padaNya. Curahkan segala rasa kepada-Nya.
Jangankan perkara menyatukan ketidakmungkinan, Mempertemukan seseorang yang tidak pernah engkau temui sebelumnya adalah sebuah kemudahan Bagi-Nya.

Titipkan rasamu pada Ia sang penjaga cinta.
Karna Ia maha membolak-balikkan hati HambaNya,
Mungkin hari ini engkau suka.
Mungkin esok engkau cinta.
Mungkin juga lusa dia akan menjadi hampa.

Teruslah berikhtiar. Teruslah bertawakal kepada-Nya.
Hingga Allah mengiyakan apa yang selama ini engkau semogakan.

Dan jika pada masanya apa yang engkau inginkan tak sesuai harapmu,
yakinlah bahwa skenario Tuhanmu jauh lebih indah dari yang engkau skenariokan.